Jadi Mentor. Berusah menjadi yang terbaik!
Mentor adalah salah satu
bentuk kaderisasi dua arah yang bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan
da’iyah seorang kader. Menjadi mentor pun bukan perkara mudah. Butuh
kerja keras agar bisa mendapatkan gelar sebagai mentor yang baik. Nah! Yang
jadi pertanyaan sekarang, bagaimana cara menjadi mentor yang baik?
Tidak sedikit dari kita yang
merasa kurang percaya diri, kita selalu merasa bahwa diri kita sebenarnya belum
siap mengemban amanah sebagai seorang mentor. Tentunya, tidak akan ada yang
merasa siap 100% untuk menjadi mentor. Karena sejatinya menjadi mentor sendiri
merupakan proses. Suatu proses dimana kita sendiri juga ikut belajar di
dalamnya. Orang bijak pernah berkata, ketika kita bisa mengajarkan
sesuatu kepada orang lain, maka kita berarti telah memahami sesuatu.
Disamping rasa tidak
percaya diri dan tidak siap tersebut, alasan lain dari tidak siapnya menjadi mentor
adalah ketidakpahaman materi, kemampuan komunikasi yang terbatas, serta
kekhawatiran tidak bisa menjadi mentor yang amanah.
Ilustration |
Pada dasarnya alasan diatas
bisa diselesaikan dengan cara yang sangat sederhana. Ketidakpahaman akan materi
bisa disolusikan dengan membaca buku referensi yang tepat, adapun referensi
puntuk para calon mentor diantaranya buku Satria Hadi Lubis yang banyak
berbicara tentang menjadi mentor yang baik. Selain buku panduan menjadi mentor,
buku buku pemahaman diniyah dan wawasan umum perlu juga kita baca.
Permasalahan komunikasi bisa
diselesaikan dengan latihan berbicara dari lingkup yang kecil, mungkin dimulai
dari didepan satu orang saja, lalu didepan 5 orang, dan seterusnya hingga ada
keyakinan pada diri untuk berbicara, atau mungkin berbicara di depan cermin
dapat menjadi media untuk latihan tambahan. Ketidakercayaan diri juga saat ini
bisa dibantu dengan mencoba berpikir positif serta memkitang kelebihan diri
sebagai sebuah keunggulan. Selain itu berlatih menjadi mentor dengan membina
dari yang lebih muda bisa menjadi media latihan yang baik. Sebutlah diri kita
seorang mahasiswa tingkat 2, maka bisa menggunakan siswa SMU sebagai latihan
untuk memberikan materi mentoring. Untuk kekhawatiran bahwa kita tidak bisa
amanah akan apa yang disampaikan, Kita bisa mentekadkan dalam diri bahwa
setelah kita menyampaikan sesuatu, maka kita akan langsung menjalankannya.
Bisa dipahami bahwa sebab
mengapa ada kader yang punya permasalahan diatas adalah dikarenakan ia tidak
cukup memiliki bekal yang layak untuk menjadi mentor, selain bekal secara ilmu,
bekal secara pengalaman atau jam terbang menjadi kebutuhan tersendiri. Berbagai
teori tentang mentor ideal mungkin sudah banyak bisa kita dapati, akan tetapi
ternyata untuk mengaplikasinya secara penuh merupakan tantangan tersendiri,
karena setiap orang punya personal capacity yang berbeda dan kondisi setiap
anggota kelompok juga berbeda. Sehingga trik di lapangan akan lebih bermanfaat
ketimbang pemahaman materi saja. Bukankah semua harus dicoba terlebih dahulu?
Sebab dengan mencoba itulah kita memiliki kesempatan untuk belajar. Tunggu
apalagi? Inilah saatnya!
Lalu, bagaimana caranya supaya
kita bisa menjadi mentor yang baik? Baik dalam hal ini adalah mentor yang:
amanah, disukai mentee-mentee nya, ramah, menguasai materi, dan bisa membawa
suasana mentoring kita menjadi nyaman dan ‘hidup’. Caranya?
Memiliki
Ruhiyah yang stabil. Kekuatan ruhiyah atau kita sering menyebut kekuatan langit yang Allah
berikan untuk kadernya yang memiliki kedekatakan kepada-Nya. Kekuatan ruhiyah
lah yang menunjan seorang mentor untuk selalu bertahan dalam dakwah, ia
memiliki keyakinan dan keikhlasan bahwa setiap aktifitas yang dilakukan adalah
dengan tujuan mendapatkan ridho Allah semata. Sehingga segala tantangan yang
dihadapi dapat ia maknai sebagai sebuah ujian untuk meningkatkan kualitas
keimanan atau sebuah teguran atas kelalaian yang mungki terjadi. Kekuatan
ruhiyah dalam konteks mentoring berdampak pada kemampuan diri untuk
menyampaikan materi dan diresapi oleh peserta mentoring, dengan kekuatan ini
pula, Allah akan membalas cinta kita dengan membukakan hati dan pikiran kita
dan binaan kita untuk menerima apa yang kita sampaikan. Kita pernah menemukan
seorang mentor yang memiliki kelemahan dalam hal berkomunikasi, akan tetapi ia
memiliki keunggulan ruhiyah yang baik untuk menunjang amanahnya sebagai seorang
mentor, sehingga Allah memudahkan kelompoknya dengan membukakan hati binaannya
yang saat itu masih jauh dari Allah dan saat ini menjadi seorang kader yang
sangat produktif. Kekuatan ini memberikan ketenangan dan emosi yang menyatukan
hati kita dengan binaan dalam merajut tali-temali kecintaan kepada Allah
semata.
Mengenal
Pribadi Binaan. Mengenal dengan baik binaan atau peserta mentoring adalah hal yang perlu
dilakukan untuk menguasai medan kelompok, mengenal secara pribadi binaan sejak
awal dengan harapan dapat segera “in” dengan binaan dan terbentuk kepercayaan
diantara mentor dan binaan. Kepercayaan ini adalah modal yang penting bagi
seorang mentor dalam menyampaikan materi. Oleh karena itu, perlu kiranya
seorang mentor mengetahui apa saja yang perlu dipahami olehnya untuk dapat
memberikan empatinya dengan baik kepada binaannya.
Karakter, mengetahui bagaimana
karakter umum dari binaan, Kita bisa menggunakan buku panduan personality plus
untuk mengidentifikasikan karakter binaan. Apakah ia seorang korelis,
melankolis, plegmatis, dan sangunis. Dengan mengetahui bagaimana karakternya
Kita akan lebih mudah untuk memahami binaan.
Kultur, setiap orang punya kultur yang
berbeda-beda, seorang dari Aceh, Medan, tentu berbeda dengan seorang dari Jawa
atau Papua. Setiap kultur ini punya kekhasan masing-masing. Gunakan perbedaan
kultur yang ada sebagai kesempatan untuk lebih dekat, dan gunakan kesamaan
kultur dengan binaan sebagai pendekatan untuk menyampaikan materi.
Latar
belakang, masa lalu atau latar keluarga yang berbeda akan berpengaruh
terhadap pola pikirnya. Seorang mentee yang berasal dari keluarga yang
bercukupan tentu akan punya taste dan preference yang khas. Seorang mentee yang
mungkin punya masa lalu yang suram tentu akan berpikir beda dengan seorang
mentee yang berasal dari keluarga ulama. Kita sebagai mentor diharapkan dapat
mengetahui latar belakang binaan dan dapat mengemas materi sesuai dengan pola
pikir binaan.
Visi
Personal, setiap manusia mempunyai keinginan, dan masa depan masing-masing. Kita
sebagai mentor sangat dituntut untuk mengetahui apa yang akan jadi keinginannya
di masa datang, sehingga kita dapat membimbingnya untuk menuju masa depannya
yang baik.
Kompetensi, maksud kompetensi disini
adalah kemampuan pribadi binaan, apakah itu kompetensi agama, kompetensi
akademik, kompetensi seni, kompetensi olahraga, kompetensi softskill, atau
kompetensi lainnya. Jadikan kompetensi ini sebagai sebuah kelebihan binaan dan
gunakan kesempatan ini sebagai upaya untuk pendekatan materi. Seorang mahasiswa
IT bisa didekati dengan contoh-contoh istilah programming yang cocok dengan
materi. Atau mahasiswa kedokteran yang bisa menggunakan pendekatan bedah mayat
sebagai upaya untuk lebih melihat keagungan Allah.
Mengetahui
peran kita. Brother/sister, seorang kakak/saudara, seorang mentor akan berfungsi
sebagai seorang kakak atau saudara bagi peserta mentoring dalam hal diskusi dan
menceritakan isi hati atau masalah yang mungkin dihadapi, oleh karena itu
seorang mentor perlu memiliki karakter empatik dengan harapan dapat menyentuh
hati para peserta mentoring sehingga terjadi keterbukaan, dan terbentuk nuansa
kekeluargaan dalam kelompok mentoring tersebut.
Coach, Sosok pelatih, pelatih
adalah sosok yang memberikan arahan, mengajarkan cara melakukan sesuatu,
mencontohkan, mengawasi peserta latihan melakukan sesuatu, memotivasi ketika
gagal, memberi selamat ketika berhasil, dan setia mendampingi agar peserta
dapat melakukan suatu hal.
Pathfinder, Petunjuk
jalan, seorang mentor diharapkan dapat sebagai pembimbing bagi para peserta mentoring
untuk menapaki masa depannya. Dalam hal ini seorang mentor perlu memahami
potensi dari peserta mentoring dan memberinya alternatif pilihan terkait masa
depannya. Sebagai contoh kecil, dalam hal memilih sub-jurusan pada sebuah
program studi, seorang mentor dituntut untuk bisa memberikan gambaran yang
jelas mengenai pilihan yang ada, dan memberikan rekomendasi kepada peserta
mentoring. Oleh karena itu seorang mentor diharapkan dapat memiliki karakter
pemimpin yang bisa mengarahkan peserta mentoring.
Headhunter, Penyiapan dan Pembentuk Mentor baru, kebutuhan dakwah kampus akan mentor atau astor senantiasa bertambah, oleh karena itu seorang mentor diharapkan dapat membentuk karakter peserta mentoring untuk dapat menjadi mentor di masa yang akan datang. Melanjutkan tongkat estafet dakwah,karena sebuah regenerasi adalah suatu keniscayaan agar dakwah Islam senantiasa tersebar bahkan ketika kita sudah tidak menjadi mentor lagi.
Variasi Metode. Metode penyampaian materi divariasikan sebanyak mungkin, jika memungkinkan cara penyampaian berbeda setiap pekannya. Minimal siapkan 4 variasi metode, sehingga setiap variasi ditemui setiap bulan. Sebutlah, pertemuan olahraga bersama, bedah buku, kunjungan ke ustadz/tokoh, rihlah, memasak bersama, skill pendukung untuk bekeluarga (membetulkan mobil, membetulkan listrik, menjahit, dan lain-lain), makan bareng, simulasi dan lain lain. Variasi ini bertujuan untuk menghindari kejenuhan binaan. Penyampaian materi pun juga disesuaikan dengan kebutuhan agar binaan siap untuk menerimanya. Namun jangan abaikan silabus materi mentoring yang telah disediakan oleh TMP-TMF.
Subhanallah, banyak sekali
cara yang bisa kita gunakan untuk mencari ridho Allah dalam mengemban amanah
yaitu dakwah,menegakkan agama Allah. Saudaraku, apa yang menghalangimu untuk
lebih mendekatkan diri kepada-Nya setelah sekian banyak nikmat Allah yang kita
rasakan? Insya Allah, pertolongan-pertolongan Allah ada bagi hamba-hambaNya
yang gigih berjuang memperjuangkan agama-Nya. Tidak ada orang yang baik, yang
ada di dunia ini adalah orang yang berada dalam proses menjadi baik. Karena
kesempurnaan, hanya milik Allah semata. Allahu Akbar!
Referensi:
-Bagaimana menyentuh hati ; abbas
asyisi
-Buku terbitan ustadz Satria Hadi
Lubis
Komentar
Posting Komentar